HAPPY
VALLENTTINE “GRACIA”
Hari ini adalah hari “Vallentine”. Hari yang
special bagi sebagian orang yang merayakannya. Tapi tidak bagi Gracia. Batapa
tidak, masih jelas teringan waktu valentine 3 tahun yang lalu dia ditinggal
ibunya ke New York dan memilih untuk menetap disana bersama berama
selingkuhannya dan meninggalkan Gracia disini bersama papanya. Semenjak saat
itulah Gracia benci terhadap segala yang berhubungan dengan valentine. Bahkan
malam valentine tahun lalu, disaat semua teman-teman sekolahnya
bersenang-senang di sekolahnya, Gracia malah mengurung diri di kamarnya sambil
berlinang air mata mengenang kesedihannya waktu ditinggal mamanya.
Pagi itu dia bersekolah seperti biasa. Nama
sekolahnya adalah Elizabeth Internationl Highschool, yang sering disingkat
ELISH. Yaitu sekolah berstandar international yang diperuntukan bagi para warga
asing yang tinggal di Bali. Tak disangka
begitu memasuki gerbang sekolah semua sudah penuh dengan segala hal yang berbau
valentine. Di halaman depan terpmpang poster besar yang disana berisi gambar
seorang cowok yang sedang member pacarnya setangkai mawar dan disana juga
terpampang tulisan “Happy Vallentine Day”. Dan hamper semua anak terlihat saling
bertukar kado yang entah isinya coklat, bunga,boneka ataupun barang-barang
lainnya. Melihat hal itu Gracia memicingkan mata dan tertawa sinis. Sesampainya
di kelas,
“Happy
Vallentine Day, Graciaaaaaa….” Tiba-tiba Avril teman sekelasnya mengejutkannya
dengan sekotak coklat yang dibungkus lengkap dengan pita berwarna pink. Karena
tidak ingin mengecewakan teman baiknya itu maka Gracia terpaksa menerima coklat
itu “lumayan buat sarapan’ begitu pikirnya. Tak lama setelah itu datanglah
Jessica and the genk yang menganggap diri mereka paling cantik di sekolah (yaaa
emank sich mereka cantik… ^_~) “Happy Vallentine Day all……. I hope U get many sureprice today. And niech ada
sedikit coklat buat kalian, kiriman dari bokap gue di Swiss….“ kata Jessica
sambil memngangkat bingkisan yang dibawa oleh Queensha_salah satu anggota
genknya dengan gaya bicaranya yang khas.
Lembut tapi terkesan agak sinis. “Happy Vallentine Day too, Jessica….” Sahut
cowok-cowok dikelas seraya berebut mengambil coklat-coklat itu. “kough yang
couwok ajjah?? Yang cewenya ugha dounkz…”
kata Queensha. “Eeeeiittzz,,,,, bagi cewek yang dipojok gag usah yaa,
cause semua orng di dunia ini khan tau kalo dia gag merayakan valentine, so gag
masalah khan Gracia?” kata Jessica
sambil tersenyum ke Gracia. “Gapapa koq Jess, kasi za ma yang membutuhkan. Gue
gag butuh..” jawab Gracia sambil
tersenyum juga.
Jessica terpaksa tidak menjawab karena Miss Julia
sudah berdiri didepan kelas.
“Semuanya, kalian kedatangan teman baru.
Silahkan masuk!!!” kata Miss Julia. Lalu seorang siswa baru memasuki mruangan.
Semua perhatian tertuju padanya. Dia tinggi, agak kurus tapi gag ceking,
kulitnya putih, rambut hitam, wajah oriental, bola matanya grey. Dan bisa dibayangkan kalo Jessica and the
genk sudah pasti berusaha untuk terlihat secantik mungkin. Gracia yang
memperhatikannya agak tersenyum sinis.
“Silahkan perkenalkan diri!!!!” Sambung Miss
Julia
“Hay,
Guys………” kata anak baru itu dengan nada datar.
“Haaaaaaaaaaaaaaaaaaayyyyyy……………………………..”
sahut Jessica and the genk yang membuat bibir anak baru itu sedikit tersenyum.
“Kenalin, gue Danish, pindahan dari New York.
“Silahkan duduk di bangku yang kosong sebelah
sana!” kata Miss Julia sambil menunjuk
bangku kosong di belakang Gracia.
Lalu Danish pun segera menuju ke tempat duduk
yang ditujuk oleh Miss Julia.
“Okey Guys, kenalannya nanti saja yaaa,,,
kalian focus dulu ke pelajaran.” Kata Miss Julia lalu dia pun memulai
pelajaran.
Jam Istirahat => Di kantin
Sudah bisa ditebak, Danish sudah dikerubungi
cewek* yang pengen kenalan termasuk Jessica, Queensha n Amanda. Tapi diam-diam
mata Danish tertuju pada seorang cewek yang sedang menikmati semangkok baksonya
dengan lahap di pojok ruangan itu, lalu dia berdiri dan mendekati cewek itu.
“Boleh gue duduk disini?” tanyanya.
“Haaaahh?????” Gracia kaget.
“Gue gag da temen makan. Loe mau kan nemenin
gue? Lagian loe juga sendiri kan?” ssmbung Danish.
Sontak semuanya kaget.
“Silahkan. Nie meja kan meja umum.” Kata Gracia
datar.
Mendengar hal itu wajah Jessica langsung gag
karuan. Yaialaahh… Danish cowok pertama yang nyuekin dia dan lebih milih Gracia
daripada dirinya.
“Bay the way, loe gag inget gue?? Danish mulai
obrolan.
“Nggak. Mank loe siapa? Artis?? Nggak kan? Gak
penting juga gue nginget loe.” Sahut Gracia tak peduli. Mendengar kata-kata itu
Danish tersenyum.
“Loe gag
inget Vallentine Midnight 3 tahun yang lalu??”
Otak Gracia langsung flashback ke malam
Vallentine pas dia masih kelas 3 SMP. Malam itu Gracia sebenarnya tidak ingin
datang, tapi Karena dipaksa teman-temannya dia akhirnya datang juga.
Sesampainya disana dia langsung bergabung dengan Avril dan Kimberly, teman baik
Gracia. Tak lama setelah itu datanglah Danish, sepupu Kimberly. Dan Kimberly
pun mengenalkan Danish ke Gracia dan Avril. Tak disangka begitu didekat Gracia
Danish langsung membisikan sesuatu
“Grace, . . . . “ Katanya agak ragu-ragu
“Iya, kenapa, Dan?” Tanya Gracia.
“Sepatu loe yang kiri beda tuch dengan yang
kanan.” Kata Danish sambil menunjuk sepatu yang dipakai Gracia. Seketika itu
juga wajah Gracia langsung merah padam karena saking malunya.
“Mmm… Owh, ini style gue.. Gue mank sengaja
koq.” Gracia mencoba bersikap wajar padahal dalam hatinya sudah tak bisa
dibayangkan.
‘Daaaammmmnnnn!!!!!!!!!!!!! Owh, Ghost. Please
jangan sampe semua orang diruangan ini nyadar… please…………………………
Sialan nich cowok, matanya kemana-mana.’ Umpat
Gracia dalam hati. Lalu detik itu juga dia langsung kabur.
“Hey, kok bengong????” Suara Danish
membuyarkan lamunan Gracia.
“mmm.. heheheheee” Gracia tertawa kecil
‘Shiiiiiitttttt…. Kenapa nie cowok nongol
lagi? Perasaan waktu itu semua mantra dagh gue ucapin biar gak ketemu niech
cowok, eechh gak angin gak da ujan dia malah nongol ajj.’ Omel Gracia dalam
hati.
“Gue duluan yach. Bye..” Gracia langsung
berdiri dan pergi gitu aja.
Di Perpustakaan…….
“Avril……ternyata si Danish tuch sepupunya
Kimbrly……………” Kata Grace begitu sampai di perpustakaan
“Loe baru nyadar? Ya ampun Grace, , , gue dah
tau semenjak dia masuk kelas kale..” Sahut Avril dengan santai.
“Hehe, loe kan tau kalo gue gag begitu
perhatian ma cowok.” Sambung Grace
“Trus apa yang bikin loe nyadar? Trus kok loe
jadi heboh gini? Apa jangan-jangan loe suka lagi ma dia?” Avril
mengidentifikasi.
“What? Suka ma Danish? Yang bener aja!! Yang
ad ague sebel kale ma dia. Huuuuuuuuuuuu” sanggah Gracia.
“Trus? Avril memburu
“Loe gag inget kejadian Vallentine Midnight
pas kita kelas 3 SMP? waktu itu gue kabur gara-gara sepatu gue beda sebelah.
Nah orang yang pertama kali nyadar hal itu adalah Danish. Yaaa jelas aja gue
sebel ma dia.” Jelas Gracia
“wuahahahahahahaaahaaaaa…
Owh,,, jadi gara-gara itu loe ngilang tanpa
jejak?? Hahahahaa lucu banget loe. Masak sepatu bisa beda… wakakakakakakaakkkk”
mendengar penjelasan Gracia Avril langsung ngakak
“Ich, , , loe kok jadi ngetawain gue?” Gracia
cemberut.
“heheheee sorry.. sorry coz loe lucu banget
sich,, hhhmmmzz, tapi loe tuch seharusnya bilank makasi tuch ke Danish. Kalo
gag dia gag bilang entah apa jadinya. Untung aja cumin dia yang nyadar. Coba
kalo orang banyak?? Bisa malu abis loe diketawain.” Avril mencoba membela
Danish.
|
Pada jam pulang
sekolah…
Bel tanda pelajaran berakhir berbunyi. Semua
siswa bersiap-siap pulang.
“Danish, pulang bareng yuuuukk…. Rumah kita
kan searah..” ajak Jessica.
“Sorry, Jess gue da janji sama Gracia mau ke took
buku, jadi lain kali aja yaa…” kata Danish dengan senyum manisnya. Lalu segera
menarik tangan Gracia.
“Ech,, loe kok gitu sich? Kita kan gag pernah
janjian.” Kata Gracia begitu sampai di halaman.
“Sorry ya, gue ngelibatin loe. Gue cuman males
ajj pulang bareng Jessica.” Jelas Danish
“Kenapa? Jessica kan cantik. Semua cowok di
dunia ngantre buat nganterin dia pulang”
Tanya Gracia.
“Bagi gue loe lebih cantik” Kata-kata Danish
membuat Gracia diam.
‘wah katarak kali nich cowok. Masak dibilang
gue lebih cantik dari Jessica, tapi emank sich.. hehe’ gumam Gracia dalam hati.
Sesampinya di toko buku, Danish langsung
mengajak Gracia ke bagian komik. Ternyata walopun cool Danish juga suka baca
komik. Hal itu membuat Gracia sedikit gag percaya. Setelah membeli beberapa
komik yang dia suka, Danish lansung menarik tangan Gracia ke arah ‘game zone’.
Di sana mereka mencoba hamper semua permainan. Keduanya tampak begitu akrab.
Jam di tangan Danish menunjukan pukul 3:00 PM, Danish baru sadar kalau dirinya
belum makan siang. Kemudian dia mengajak Gracia
makan di restoran Korea favorite Danish. Ibunya orang Korea jadi wajar kalo Danish lebih
sering makan makanan Korea daripada makanan Indonesia. Karena Gracia tidak
biasa makan makanan mentah, dia hanya memesan kibap.
“Ech, Grace cobain dech.. ini enak looo….”
Kata Danish sambil menyodorkan bimbimbap ke mulut Grace.
“No, thanks. Heheheheeee……” kata Grace sambil
menoleh campuran nasi, irisan sayuran dan kuning telur ayam yang mentah.
“Kenapa? Loe jijik ea? Rasanya tak seperti
yang loe liat kok. Rasanya enak. Banget malahan. Cobalaaaahhhh….” Rayu Danish
Karena tidak enak juga menolak pemberian
Danish dan malu juga pada orang-orang disekitar, akhirnya Grace mau juga, yaach
walopun dengan ragu-ragu.
“sekarang gentian donk!!!!!! Loe yang nyuapin
gue!!!!!!!!!!!!!!!!!!!” pinta Danish
Sambil
memutar bola mata Grace pun menyuapi Danish. Tanpa disadari, Jessica and
the genk juga ada di restoran itu.
“sebenernya kalian ada hubungan apa sich?” kata Jessica
agak kesal.
“qta……” belum selesai Gracia ngomong,
tiba-tiba Danish berkata
“Gracia cewek gue. Kenapa?” kata Danish
mantap.
“apa??????????? Sejak kapan? Loe boonk kan?
Tanya Jessica setengah gag percaya.
Belum sempat Gracia menjelaskan, Danish sudah
bilang kalo mereka baru ajja jadian.
Mendengar hal itu Jessica tampak kesal banget,
bercampur malu tentunya. Bagaimana tidak secara banyak orang di restoran itu
menyaksikan dan mendengar kejadian barusan. Menyadari bahwa dirinya diliatin
banyak orang, Jessica langsung pergi gitu aja disusul Queensha dan Amanda.
Sementara itu Gracia hanya bisa terdiam. Gag tau mow ngomong apa. Dia agak
shock dengan pengakuan Danish. Yaach walopun dia tau Danish ngomong gitu
semata-mata untuk ngebuat agar Jessica and the genk gag kecentilan lagi ama
dia. Tapi tetep aja Gracia ngerasa gag enak ma Jessica.
“loe udah selesai?” Suara Danish membuyarkan lamunan Gracia.
“ehh… udah…. “ sahut Gracia.
“Loe ada acara apa malem ini?” Tanya Danish
lagi
“mmmmm… gag ada.” Kata Gracia sambil menggeleng.
“Pas banget, gue juga gag ada. Gimana kalo
kita jalan-jalan sebentar?” ajak Danish
Setelah lama berpikir akhirnya Gracia bilank
“Okay….”
|
Suasana sore hari di pantai yang romance
“waaaaaaaaahhhhhhhhh……. Gila!!!!!!
Kewreeennnndhhh buangeeeds, , , , , “ teriak Gracia takjub melihat pemandangan
pantai dengan pasir putih lautan biru serta langit jingga di sore hari. Bener-bener suasana yang
romantis.
“Loe suka????” Tanya Danish
“Suka bangeeeeeettttt. Dari dulu nie ya, gue
bercita-cita punya rumah yang ngadep pantai biar tiap hari gue bisa merasakan n
melihat keindahan pantaaiii…..” kata Gracia
“ Oh ya? Sampe segituya?” Tanya Danish.
“iya dunkz.. ech kita kesitu yugh..” kata
Gracia sambil menarik Danish ke garis pantai. Disana mereka lalu bermain ombak,
kejar-kejaran, sampai-sampai buat istana pasir pula. Terlihat kalo Gracia
begitu menikmati. Melihat hal itu Danish pun ikut senang. Tak terasa sudah
mulai sunset. Mereka berdua duduk dan memandang ke arah lautan lepas.
“Indah banget ya sunsetnya.”Gracia membuka
percakapan.
“Mmm, Grace, “ kata Danish agak ragu-ragu.
Mendengar hal itu Gracia langsung flashback ke
masa Vallentine Midnight 2 tahun yang lalu.
“Apa? Kali nie sepatu gue gag beda sebelah
lagi kan??” Tanya Gracia sambil menengok sepatunya.
“hehe, , gag koq. “ sahut Danish.
“Gu suka sama loe.” Sambung Danish.
Deg, jantung Gracia seakan mau copot. Tapi dia
mencoba stay cool..
“What? Gue juga suka sama loe. Kalo saling
benci mungkin kita gag temenan. Kita musuhan kayaknya. Heheheee” jawab Gracia
seadanya.
“hehe, ,
iya juga sich. Tapi ini bukan rasa ke temen ato sahabat. Rasa gue ini adalah perasaan cowok ke cewek.
Yaach istilah kerennya, cinta.” Jelas Danish.
“So?’’ sahut Gracia
Sambil menarik nafas, “Loe mau gag jadi cewek
gue?” kata Danish. Di tangan kanannya dia memegang sepasang cincin, di tangan
kirinya dia memegang sekotak coklat berbentuk jantung.
“kalo loe mau, loe ambil cincin ini, tapi kalo
loe gag mau, lo bisa ambil coklat ini.” Sambug Danish.
Awalnya Gracia ragu-ragu tapi setelah lama
berpikir dan mempertimbangkan keuntungan dan kerugian serta baik-buruknya,
Gracia akhirnya mengambil sepasang cincin sambil tersenyum ke arah Danish.
“Jadi? Apa ini artinya kita jadian?” Danish
mencoba memperjelas.
“Yaiyalaahhhh,, gag usah berlagak begok gitu
kali.” Kata Gracia.
Yes!!!!!!!!!! Thanks banget ya…” kata Danish.
Lalu dia memasangkan cincin ke jari manis Gracia. Gracia pun sebaliknya. Dia
juga memasangkan cincin tanda mereka sudah menjadi pasangan di jari manis
Danish.
“Coklatnya mana?” Tanya Gracia.
“Nie.. Buat apaan?” Tanya Danish sambil
menyodorkan coklat berbentuk jantung yang tadi.
“ya buat kita makan laaahhh… hehehee” kata
Gracia sambil mengambil coklat dari tangan Danish kemudian membelahnya menjadi
dua bagian. Yang setengah diberikan
kepada Danish dan setengahnya lagi dia makan sendiri.
Matahari sudah tenggelam dan kini giliran bintang-bintang yang menghiasi lagit malam. Mereka masih dudk
di tempat yang tadi. Angin berhembus sepoi-sepoi. Tiba-tiba Danish menarik
tangan Gracia dan melingkarkannya di pinggag Danish kemudia dia mearuh tangannya
di kepala Gracia sambil mengusap-usap rambut Gracia dengan lembut.
(Romance……………….. ^_^)
Lalu perlahan wajah Danish mendekat ke wajah
Gracia. Hal ini membuat Gracia nervous. Detak jantungnya sudak tak karuan lagi
iramanya. Dalam benaknya ‘please, don’t kiss me, gue gag bisa ciuman. Gue gag
tau caranya. God, HELP!!!!!!!!!!’
Namun ketika dia ingin menghindar, dia sudah
terlambat. Dia sudah mersakan kehangatan
Bibir Danish di bibirnya. Dan Gracia mencoba untuk menikmati keadaan
itu.
“Happy Vallentine Day, Gracia” bisik Danish disela-sela ciumanya, lalu
mereka kembali kissing.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar