HOSPITAL
J
|
arum jam sudah menunjukan angka 7:35 ketika Kesha
bangun. Dengan terburu-buru dia bangun
dan langsung menuju kamar mandi. 5 menit kemudian dia sudah memakai seragam
sekolahnya. Pintu gerbang sekolahnya ditutup jam 7:45, hal itu berarti dia cuman punya 10 menit lagi. Sambil
lari dia menuju garasi dan tak lama kemudian mobilnya sudah berbaur dengan
kendaraan lainnya di jalan raya. Sedang konsentrasi nyetir, tiba-tiba
handphonenya berbunyi. Dia berusaha meraba-raba handphone itu. Tapi handphone
itu malah jatuh, Kesha menunduk dan berusaha ngambil handphonenya. Tapi begitu dia
bangkit tiba-tiba didepannya ada tukang bakso dengan gerobaknya yang sedang
menyebrang jalan. Kesha kaget dan refleks membanting stirnya, bermaksud
menghindari tukang bakso itu dan “aaaaaaaaaaaarrrrrrrgghhh” mobilnya malah menabrak pembatas jalan dan
akhirnya jatuh ke jurang…
3
hari kemudia saat Kesha membuka matanya, dia
terbaring dalam suatu ruangan yang asing baginya. Serba putih. Dia
menoleh sekelilingnya. Disampingnya ada Kevin, kakaknya yang sampai tertidur
menungguinya.
“Kev,
gue dimana??” Tanya Kesha lirih.
“Owh,
loe dah sadar?! Mmm. . . loe da di rumah
sakit. Loe tadi kecelakaan. Tunggu ya, gue panggil dokter dulu.” Kata Kevin
sembari keluar
Beberapa
menit kemudia dia masuk. Di belakangnya dokter menyusul. Dokternya tampak masih
muda, cute, tinggi, berkulit putih dan wajahnya pernakan oriental campur bule
gitu. Well, good lookinglaah. Ok, back
to story
“hai
mbak… apa yang anda rasakan?” Tanya dokter muda itu dengan ramah.
“tangan
saya sakit, Dok” sahut Kesha lirih.
“Coba
saya periksa dulu ya.” Kata dokter muda itu sambil memriksa tangan Kesha.
“Anda
kakaknya? Bisa ikut keruangan saya sebentar?” kata dokter itu sambil berpaling
ke arah Kevin. Lalu Kevin pun mengikuti sang dokter ke ruangannya.
Sesampainya
di ruangannya dokter itu menjelaskan bahwa kemungkinan besar untuk beberapa
bulan ini tangan kanan Kesha tidak bisa digerakkan karena akibat kecelakaan itu
saraf yang ada di tangannya putus. Kevin
shock. Dia tidak tahu bagaimana harus menjelaskan tentang hal ini kepada
adiknya.
“Dokter
bilang apa? Apa keadaan gue parah?” Tanya Kesha begitu Kevin sampai dikamarnya
dengan muka yang agak murung.
“Nggak
koq. Tadi dokternya cuman ngasi resep obat ajja.” Kevin berusaha menutupi
keadaan Kesha
“bilang
aja yang sebenernya. Gue siap nerima hal terburuk sekalipun.” Desak Kesha.
“Gag
ada apa-apa, Key…..” sahut Kevin
“Kev,
gue tau loe luar dalem. Gue tau loe boonk.” Kata Kesha lagi
“Ok.
. kata dokter, ,” Kevin menarik nafas
sejenak lalu melanjutkan kata-katanya “ Tangan kanan loe lumpuh untuk beberapa
bulan ini”
“………”
“……….”
“………” hening beberapa saat. Namun akhirnya
terdengar suara tangisan Kesha…
“Key,
. . .” Kevin tidak tega melihat keadaan adiknya. Kesha masih menangis.
“Key,
tapi nie cuman beberapa bulan aja koq. Loe pasti sembuh.” Kevin berusaha
menghibur adiknya. Dia sendiri juga tidak tahun berapa lama Kesha akan
mengalami kelumpuhan.
“3
bulan dari sekarang gue harus mengikuti lomba melukis, kalo gue menang disitu,
gue akan dapet beasiswa untuk ngelanjutin sekolah ke Jepang. Gue pengen banget
dapet piala itu Kev, kalo sekarang keadaan gue kaya gini gimana gue bisa????” kata Kesha sambil menangis.
“Loe
harus yakin kalo loe bakal sembuh. Loe gag boleh terpuruk kaya gini donk.. Mana
Kesha yng gue kenal? Kesha yang ceria, Kesha yang selalu semangat, Kesha
yang..”
“Kalo
loe ada di posisi gue, apa yang loe rasain?” Kesha memotong ucapan Kevin
“…”
“…..”
“Gue
mau jalan-jalan bentar,” Kata Kesha memecah keheningan.
“Mow
jalan-jalan kemana? Loe kan masih sakit.” Kata Kevin. Bukannya apa-apa, tapi
dalam keadaan kaya gini Kevin takut Kesha berbuat nekat.
“Gue
mow ke taman rumah sakit aja koq. Loe gag perlu cemas. Gue gag bakal bunuh
diri.” Jelas Kesha. Terlihat sedikit senyuman disudut bibirnya yang tipis. “loe boleh pulang koq. Jaga kesehatan loe ya!
Gue tau loe kecapean jagain gue.” Lanjut
Kesha.
‘Gimana
nasib gue ntar ya? Gimana gue bisa ngelukis? Gimana gue bisa menangin lomba itu
kalo keadaan gue kaya gini? Mau ngelukis pake kaki? Atau pake mulut? Gue belom
siap jadi orang cacat…’ Jerit Kesha dalam hati. “Aaaaaaarrrgghhhhh…………… Kenapa
ini semua harus terjadi Tuhan? Aku lebih baik mati kalo gini caranya……….”
Teriak Kesha sekeras-kerasnya begitu sampai di atas gedung rumah sakit.
“Hey… suara loe ngebuat tempat ini gag nyaman lagi
tau gag!!!!” seru seseorang yang ternyata sudah ada dari tadi disana.
“Elo
siapa? Dan ngapaen loe disini?” Tanya Kesha kaget. Dia tidak sadar kalo dari
tadi ada orang lain disana.
Terlihat
senyuman dari sudut bibir cowok itu. “Gue Daniel. Gue disini sedang mencari
kenyamanan. Gue bosen dikamar terus. Tapi gara-gara loe tempat ini udah gag
nyaman lagi.” Jawab Daniel.
“Loe
pasien juga? Loe keliatan gag sehat-sehat aja. And, well. . . sorry dah bikin
kenyamanan loe terusik. Gue gak sengaja.” Kata Kesha sambil memperlihatkan
rentetan giginya.
“Yaaaaa…..
Gue terima permintaan maaf loe. Hhmmm… iya gue sakit. Daniel tampak berfikir
sejenak, “tekana darah rendah” lanjutnya.
“What?
TEKANAN DARAH RENDAH??? Hahaaa penyakit loe gak keren baget. Kalo cari penyakit
tu yang kerenan dikit napa. Hahaaa tekanan darah rendah..” kata Kesha
meremehkan.
“hey
Girl, mana ada penyakit keren, ada-ada aja loe. Trus loe sakit apa? Kronis
banget ya? Mpe teriak-teriak gak jelas gitu kaya tadi. Berisisk tau gak!!” omel
Daniel
“hehe..
Iya gue kan dah minta maaf.” Jawab Kesha.
“Iya
gue maafin. Loe blom bilank penyakit loe” desak Daniel
“Tangan
gue lumpuh sementara.” Jawab Kesha. Terlihat kesedihan diraut mukanya.
“Owh…
Kenapa loe sedih? Itu kan cuman sementara. Masih bisa normal kembali. Ada
orang-orang dirumah sakit ini yang penyakitya lebih parah dari loe. Bahkan ada
beberapa yang divonis umurnya sudah tak lama lagi. Jadi loe harus tetep
semangat. Ok!!!!!” kata Daniel dengan penuh semangat.
Terlihat
senyuman dari bibir Kesha “thanks ya. Tapi 3 bulan lagi ada lomba lukis
international, gue pengen banget ikutan lomba itu biar gue bisa dikirim ke
Jepang. Sedangkan kata dokter, tangan gue sembuh paling cepat dalam waktu 5
bulan. Hhhhh…. Yaa sudahlah, mungkin Jepang bukan takdir gue.” Kata Kesha
pasrah.
“oh
ya? Kan loe masih punya tangan kiri. So, kenapa gak nyoba pake tangan kiri?”
usul Daniel.
“ya
gak mungkin laaahh Dan, tulisan aja kaya rambut kuntilanak, apalagi lukisan..
ada-ada aja loe.” Jawab Kesha
“Loe
gak akan pernah tau kalo loe gak nyoba!!!!!!!!!!” kata Daniel.
“Gue
kekamar dulu ya, udah waktunya minum obat.” Lanjut Daniel seraya meninggalkan
Kesha yang masih kepikiran dengan ucapan Daniel tadi.
“Besok
loe bakal kesini lagi kan?” Teriak Kesha
Dari
kejauhan Daniel hanya tampak tersenyum.
‘Kenapa
gak nyoba pake tangan kiri?’ usulan Daniel tadi siang terus terngiang di
telinga Kesha. Keesokan paginya dia meminta Kevin untuk membawakannya kanvas
dan peralatan lukis lainnya.
“Loe
mow ngelukis pake mulut, Key?” ejek Kevin sembari meletakkan peralatan lukis di
meja. Tapi Kesha cuman tersenyum mendengar ejekan kakaknya. Sejak detik itu Kesha mulai berlatih melukis
dengan tangan kirinya. Walaupun awalnya dia sempat ragu tapi Daniel selalu ada
disampingnya untuk mensuportnya sampai akhirnya perlahan-lahan Kesha bisa. Setiap hari dia mengunjungi Daniel di rumah
sakit.
Dan
akhirnya hari dimana perlombaan melukis itu pun tiba. Kesha lumayan deg-degan
menunggu hasilnya.
“Dan
yang akan bersekolah di Japan seminggu dari sekarang adalah….” Suara juri
menggelegar membuat jantung para peserta hampir lompat dari dadanya
masing-masing. “Grace Kesha Frizzyliaaaaaaaaaa….” Lanjut sang juri yang membuat
Kesha hampir pingsan karna shock.
“Kev,
gue menang Kev. Gue Menaaaanngg….. Kev gue bakal ke Japan Kev, sumpriiiittt gue
seneng banggeetttt,,,,,” teriak Kesha
setelah dari stage lalu mmeluk Kevin
“Iya
Key, selamet yaa.. akhirnya loe bisa buktiin kalo loe mank jago.” Kata Kevin
sambil membalas pelukan Kesha.
“karang
gue bisa buktiin ke momy kalo gue juga punya bakat.” Kata Kesha berapi-api.
Kevin
hanya tersenyum. Kemudian peserta lainnya juga mengucapkan selamat pada Kesha.
Setelah
selesai makan siang, dia minta Kevin mengantarnya ke rumah sakit untuk menemui
Daniel. Dia mau ngucapin terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Daniel
karena Danielah yang memberinya ide melukis dengan tangan kiri dan Daniellah
yang terus mensupportnya selama ini.
Sesampainya
di kamar Daniel, Kesha bingung karena kamar itu sudah kosong. Dia lalu bertanya
kepada perawat.
“Daniel
mana suster? Apa dia udah sembuh? Kalo boleh tau, alamat rumahnya dimana?”
Tanya Kesha.
“Anda
temannya Daniel?” Tanya perawat itu
“Iya,
saya temennya. Sekarang Daniel mana?” Tanya Kesha
“tadi
malam Daniel meninggal. Dan rencananya dia akan dimakamkan siang ini” jelas
sang perawat.
Kesha
shock mendengarnya. “a..a….apaaaa? meninggal? Tapi selama ini dia terlihat
sehat. Memangnya dia sakit apa?”
“dia
tidak cerita ya? Daniel mengidap leukimia stadium lanjut, dia meninggal tadi
malam. Jawab perawat itu.
|
“Daniel,
kenapa loe jahat baget ama gue? Kenapa loe ninggalin gue? Kenapa loe gak cerita
soal penyakit loe? Loe yang ngajarin gue
untuk semangat, tapi…” Kesha gak bisa menahan tangisannya sesampai dia tiba di
pemakaman Daniel. Daniel udah pergi untuk selamanya. Kesha ingat tentang
kata-kata Daniel bahwa, Daniel menganggap setiap hari adalah hari yang terakhir
baginya. Maka dia akan berusaha untuk menjadikan hari-harinya berharga. Sebelum
meninggal dia ingin berguna untuk orang di sekelilingnya. Dan hal itu terbukti,
dia sangat berharga bagi Kesha. “Selamat jalan Daniel, semoga kau bahagia di
sana. Gue gak akan pernah lupa senyuman loe yang ngebuat gue semangat. Dan
mulai karang gue bakal ngejadiin hari-hari gue lebih berharga. I promise…”
bisik Kesha.
When it’s time to live and let die,
And You can’t get another try
Something inside this heart has die
You’re in ruins…
(21 Guns_Green Day)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar